Semangat Membangun Per(adab)an~

Peradaban, sebuah kata yang terdapat kata ‘adab’ di dalamnya. Sebuah kata tentang tatanan kehidupan, yang selapis darinya ditentukan oleh seberapa mampu orang-orang di dalamnya memberi makna terhadapnya.

Seorang kakak tingkat, kang Adit, pernah menyampaikan, bahwa peradaban bisa dibangun melalui empat bagian, yaitu:

  • Membaca dan sempurna

Membaca, ialah sebuah kata pertama yang dengannya sesuatu menjadi sempurna dengan turunnya Al-Qur’an, dengan hadirnya Islam didalamnya. Membaca, ialah tentang melihat, merasakan, memikirkan tentang suatu hal yang dengannya seseorang berusaha mengambil pelajaran di dalamnya. Membaca mampu membuat seseorang senyum-senyum sendiri karnanya, terdiam, malu, sedih, takut, ataupun tertawa. Seperti seseorang yang di ajak berlayar ataupun terjun di peperangan, sikap empati menjadi terlatih olehnya. Membaca, mampu membuat kita mengulangi kembali proses berfikir itu, lalu menikmati prosesnya. Rethinking thinking akan di asah di dalamnya. Observasi, filtering, memberi nilai, membangun asumsi, mengambil kesimpulan, membangun kepercayaan, hingga take an action. Dari membaca bisa menghasilkan sebuah sikap. Terbiasa jump to ladder seringkali tak menyelesaikan masalah tanpa melalui proses berfikir itu sendiri (minimal pernah di pikirkan).

Membaca, itu menjaga. Menjaga waktu, menjaga akal, menjaga keimanan. Tak jarang akan menjadi pengalihan akan sesuatu yang membahayakan. Membaca ayat-ayat cinta-Nya tak hanya bernilai pahala tapi keberkahan semoga mengalir di atasnya, saat ia diajarkan, diamalkan, terlebih jika membacanya dengan akal dan keimanan mampu membuat seseorang tak henti-hentinya menoreskan karya.

Membaca, seolah menjadi awal dari kesempurnaan sebuah kehidupan, karena ia mula dari lapis-lapis keberkahan. Masyarakat pembaca ialah masyarakat pembelajar…

  • Menulis dan menyadari

Menulis, tidak hanya sesederhana menghasilkan sebuah tulisan. Akan tetapi, didalamnya ada sebuah proses menulis. Membuat seseorang bisa baik dalam berfikir, mengidentifikasi sesuatu dan berusaha mencari solusi terbaik di dalamnya. Maka, adalah sesuatu yang wajar saat seseorang menulis jurnal harian, catatan syukur, resume kegiatan, akan membuat kita belajar merunutkan pikiran kita yang seringkali berisi informasi ang berantakan untuk kemudian kita mengambil kesimpulan sederhana di dalamnya. Mampu membuat seseorang baik dalam mengingat, mampu meyakinkan seseorang akan informasi yang ia terima, mampu membangun kesadaran itu sendiri. Menulis bisa menjadi sebuah proses menganalisis hal kompleks menjadi sesuatu sesederhana, apapun bentukannya.

Dengan menulis, seseorang akan lebih sadar akan dirinya, akan hal-hal disekitarnya, membuatnya membangun kesadaran itu. Sehingga darinya, orang lain kan bisa mendapatkan kepingan kehidupan seseorang yang bisa melengkapinya. Lalu, semua hal akan menjadi berarti, mampu membuat kita lebih menghargai dan menikmati. Karena dengan menyadari, hidup mampu menjadi berarti…

  • Kajian dan Kebenaran

Kesalahan-kesalahan yang telah mengakat di suatu masyarakat sangat sulit dihapuskan oleh kebenaran yang datang kemudian

dikutip anonim oleh PHX (2013).

Kajian, saat ini bisa ditemukan dalam berbagai bentuk wujudnya, walaupun begitu banyak kekurangan yang terjadi dalam realitasnya. Kajian sangat penting untuk bisa memperoleh informasi atau jawaban yang valid dari pertanyaan dan pernyataan awal yang mendasari adanya kajian tersebut.

Pemahaman mengenai suatu permasalahan secara terstruktur dan menyeluruh sama artinya dengan menjawab pertanyaan tersebut. Untuk mencari jawaban sesungguhnya, diperlukan niat yang tulus dan usaha keras dari pelaku-pelakunya sendiri untuk mengurai benang merah yang bahkan tampak sudah biasa… (selfreminder:”)). Semangat mengkaji untuk temui kebenaran perlu kita tingkatkan!

  • Arsip dan mengenal

“… arsip (sekecil apapun) mampu bergulir dalam berbagai kesempatan, menciptakan rangkaian akumulasi pengetahuannya sendiri, ketersebaran dan kemudahan aksesnya, sehingga informasi arsip tersebut memiliki “nafas” yang lebih panjang sebagai bagian dari sejarah masyarakatnya”.

Anna Mariana, “Menghidupkan Arsip, mencipta Wacana”, dalam Arsipelago

Bagaimana rasanya saat membaca buku ataupun menonton film tetapi tidak memulainya dari tengah/akhir? Rasanya akan kebingungan bukan? Dengan arsip, seseorang bisa memperoleh keseluruhan informasi secara menyeluruh untuk bisa mengidentifikasi, untuk bisa mengenal. Memperoleh informasi secara sepotong-sepotong tentu menghambat dalam sebuah proses berfikir. Mengetahui runut setiap potongan kejadian kan mampu membuat seseorang bisa menyadari apa-apa yang telah dimiliki, untuk tahu apa yang harus dicari, diberi ataupun ditambahi. Membuat seseorang kan jauh hidup lebih baik, saat ia bisa mengenal dengan baik….

Lalu, apa yang kita bisa lakukan mulai saat ini untuk membangun peradaban?

  • Rutin membaca
  • Rutin menulis
  • Selalu ingin tahu, tidak ragu bertanya dan mencari tahu
  • Menghidupkan semangat mencari kebenaran
  • Merapikan file-file di laptop, memberi nama yang tidak “alay”,
  • Membuat arsip di organisasi/perusahaan
  • dll

Mungkin, ada yang ingin menambahkan? Bismillah, hayu kita semangat membangun per(adab)an~

Let it go

Dulu, aku sempat bertanya-tanya, “Apa itu bahagia?”.

Ketika aku kecil aku mendefinisikannya bahagia ialah saat aku bisa tinggal bersama keluarga dan hidup sederhana berkecukupan. Tapi, bagaimana jika Allah SWT menakdirkan ia kehilangan anggota keluarganya dan sekedar untuk makan pun rasanya sulit? Apakah itu bahagia?

Sempat pula aku mendefinisikan bahagia ialah saat aku memiliki mimpi dan memperjuangkannya. Tapi, bukankah memiliki mimpi dan harapan hanyalah alasan untuk terus bertahan dalam menjalani kerasnya hidup? Apakah itu bahagia?

Sempat pula aku mendefinisikan bahagia ialah saat aku bisa memberi, membahagiakan, dan bermanfaat bagi begitu banyak orang. Tapi, bukankah seseorang memiliki batas-batas di dalam hidupnya untuk tak bisa selalu memberi? Bukankah bahagia ialah kemampuan setiap orang untuk bisa merasakannya? Sehingga kita tak lantas bisa membuat seseorang bahagia begitu saja saat kita tak punya kontrol terhadap orang lain? Bukankah untuk bisa bermanfaat membutuhkan waktu pula dalam prosesnya? Apakah itu bahagia?

Setiap definisi yang ku buat menurutku benar berdasarkan waktu dan pengalaman yang dilalui. Bahagia itu memang sederhana, dan setiap orang punya kuasa untuk bisa merasakannya. Saat ini, aku mendefinisikan bahagia ialah di saat bisa seseorang “melepaskan”. Barangkali yang membuat seseorang banyak bersedih ialah karena ia “merasa memiliki” masa lalu, yang membuat seseorang banyak takut ialah karena ia “merasa memiliki” masa depan.

Dimana jika kedua hal tersebut di turunkan menjadi beragam pertanyaan, maka akan menjadi:

Kenapa sedih ketika harus gagal? ketika harus mengulang? ketika banyak waktu yang dihabiskan dalam prosesnya?
Karena ia “merasa memiliki” waktu, tenaga, usaha.

Kenapa seseorang enggan mensedekahkan hartanya? ilmunya?
Karena ia “merasa memiliki” harta, ilmu.

Kenapa seseorang begitu sombong dan meremehkan yang lain?
Karena ia “merasa memiliki” masa depan dengan takdir yang baik, dan ia tak ingin memberikannya pada yang lain.

Kenapa seseorang begitu sedih ketika ia dikhianati? dilupakan oleh teman-temannya?
Karena ia “merasa memiliki” teman.

Kenapa seseorang begitu futur saat doa-doanya tak kunjung dikabulkan?
Karena ia “merasa memiliki” amal-amal yang mendukung untuk bisa terwujudnya doa.

Kenapa seseorang tak jujur?
Karena ia “merasa memiliki” kebaikan tentang dirinya di hati orang lain.

Kenapa seseorang enggan berusaha keras?
Karena ia “merasa memiliki” usaha yang sebelumnya ia kerjakan atau yang akan ia kerjakan.

Kenapa seseorang sulit khusyuk di dalam sholatnya? Sering mengingat berbagai macam hal di dalam sholatnya?
Karena ia “merasa memiliki” semua angan, impian, ikatan, ketakutan, harapan semuanya:”).

Kenapa seseorang itu sulit ikhlas?
Karena ia “merasa memiliki” :”).

Dan, begitu banyak pertanyaan lainnya jika diturunkan…

Maka, mungkin, agar seseorang bisa terus baik-baik saja di dalam kehidupan ini, ia harus belajar untuk benar-benar melepaskan semua keterikatan di dalam hatinya untuk fokus benar-benar berharap kepada Allah Subhanallah Ta’ala sahaja. Termasuk bergantung kepada amal-amal untuk mendapatkan kebaikan dunia ataupun kebaikan di akhirat, termasuk bergantung kepada ikhtiar-ikhtiarnya, termasuk bergantung kepada semua privilege yang dimiliki berupa pendidikan, keluarga, ekonomi, jaringan, dllnya.

Lalu, jika melepaskan, apa yang akan diperjuangkan?
Memperjuangkan ridho Allah Subhanallah Ta’ala untuk terus memurnikan niat dan keikhlasan di dalamnya.

lalu, ada beberapa hal yang tentu harus di tekankan di dalamnya:
1. Tetap sungguh-sungguh di dalam beramal. Setiap amalan kita ialah ibadah apabila kita bisa meluruskan niat untuk Allah SWT, tidak hanya ibadah ritual saja. Kita tetap butuh waktu untuk ibadah ritual dan ibadah lainnya.
2. Karena kita sungguh-sungguh di dalamnya, maka akan muncul perasaan “merasa memiliki” itu. Sehingga kita harus segera memperhatikan lintasan hati tersebut dan melepaskannya. Cukup yakini bahwa semua ikhtiar itu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Perkara bisa atau tidak bisa itu ialah kehendak Allah di dalamnya.
3. Kita tetap harus mengevaluasi setiap hal di dalam hidup kita, untuk mengambil pelajaran berharga di dalamnya.
4. Tetap menjaga setiap ikatan kita dengan baik kepada setiap makhluk ataupun lingkungan. Berbuat baik, berinteraksi, beradab, dllnya.

Maka, semoga, dengan melepaskan setiap perasaan “memiliki” ini akan bisa membuat kita memurnikan niat dan keikhlasan hanya untuk Allah subhanallah ta’ala, mengharapkan ridho-Nya, mengharapkan keberkahan meliputi setiap waktu, niat dan ikhtiar, memaksimalkan setiap karunia yang Allah berikan berupa pikiran, hati dan tubuh untuk kita bisa hidup dengan sepenuhnya.

Maka, semoga, dengan melepaskan saat ini, kita tidak akan kaget lagi ketika waktu ajal menjemput bahwa sungguh, kita memang tidak benar-benar memiliki, bahwa diri hanya sedang dititipi, untuk menghadap kepada-Nya atas setiap karunia yang diri merasa memiliki:”)

Bismillah, hayu kita semangat^^

Puisi

Aku tidak tahu apa itu puisi,

Apa kaidah yang harus dipenuhi,

Ini sekedar tulisan curahan hati,

Yang selanjutnya ku definisikan puisi,

Aku tak tahu apa itu puisi,

hanya sekedar tulisan perenungan diri,

Untuk bisa menyadari,

Menjadikan semua hal itu berarti,

Menikmati,

Walau tak tahu apa jadinya nanti.

Aku tak tahu apa itu puisi,

Apakah ia benda mati,

untuk manusia yang ingin dimengerti? :”)

Mature

Ketidakdewasaan seseorang, bisa membuat orang lain bisa sangat tersakiti, terutama orang yang dekat dengannya…

AN

Bismillah. Menjadi dewasa, sesuatu yang menurut ku awalnya akan tercapai seiring berlalunya waktu. Akan tetapi, bagi ku, dewasa tidak hanya tentang usia, tidak juga tentang banyaknya pengalaman, tapi tentang seberapa banyak seseorang belajar dari berbagai hal hingga akhirnya ia menjadi orang yang bijaksana.

Lalu, apa itu dewasa? Aku mencoba membuat beberapa kriteria untuk itu, diantaranya:

  1. Menjaga amalan wajib dan menjaga sunnah. Selalu berusaha menjaga amalan hati dan dzohir, setiap hal adalah ibadah baginya.
  2. Tidak merepotkan orang tua, bahkan membahagiakannya.
  3. Saat ia sadar sepenuhnya atas dirinya, tentang apa yang ia rasakan, yang ia lakukan, yang ia pikirkan, dimana ia tidak abai terhadap hal-hal kecil itu.
  4. Mandiri. Pandai mengurus dirinya sendiri.
  5. Memiliki emosional yang baik. Ia selalu baik-baik saja walau apapun keadaannya. Mampu berempati dan memberikan respon yang baik.
  6. Berwawasan luas, senang membaca, menulis, berdiskusi dan mengarsipkan.
  7. Saat orang-orang di sekitarnya hidup nyaman dengan kehadirannya. Pribadi yang baik akhlaknya, tidak berbuat kerusakan, dimana bahkan tumbuhan, hewan dan lingkungan turut merasakan keberkahannya. Hidupya bermanfaat.
  8. Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab sepenuhnya atas setiap keputusannya.
  9. Mengetahui batasan dirinya ataupun orang lain, terkait hati, pikiran dan tubuhnya.
  10. Memiliki gagasan yang sedang diperjuangkan. Memiliki prinsip dan tujuan hidup.
  11. Berdamai terhadap berbagai hal di luar kontrolnya, hingga selalu fokus terhadap hal-hal yang bisa ia kontrol.
  12. Mudah beradaptasi dengan berbagai hal
  13. Fokus kepada kelebihan orang lain dan menerima kekurangannya
  14. Komitmen
  15. Punya selera humor yang baik untuk mencairkan suasana, mampu berbaur dengan berbagai aneka ragam manusia.
  16. Menjaga waktu

Ohya, itu hanya menurut ku saja 😅, tentu, kita akan selalu berprogress untuk terus menjadi dewasa.

Menjadi dewasa itu ialah perjalanan seumur hidup, ia bukan hanya sekedar target. Menjadi dewasa juga ialah tentang ia yang ridho untuk mengambil tanggung jawab, atas setiap keputusannya.

The Feels of Enjoyment

Bismillahirrohmanirrohim. The feels of enjoyment, sebuah rasa untuk menikmati~

Kita sedari kecil mungkin sudah mengenal rukun iman yang ke-enam, yaitu beriman pada takdir Allah Subhanallah Ta’ala. Beriman disini maksudnya, bukanlah ‘pasrah’ tidak melakukan apa-apa di dalam kehidupan kita, akan tetapi memahami bahwa segala sesuatu, apapun itu, melingkupi seluruh semesta ini, ia berada di dalam kekuasaan Allah Subhanallah Ta’ala. Memahaminya kan mampu membuat kita tenang di dalam kehidupan, karena bahkan jika manusia di beri kesempatan untuk mengatur takdirnya sendiri, tentulah ia akan mengembalikannya semua kepada Allah :’). Sungguh, apa-apa yang Allah takdirkan itu baik dan semoga kita bisa terus berprasangka baik pada-Nya…

The feels of enjoyment, adalah salah satu cara agar seseorang bisa hidup sepenuhnya. Memaksimalkan sumber daya di dalam kehidupannya, untuk bisa menghasilkan hasil yang terbaik. Menjalani pilihan yang ada di hadapnya dengan sungguh-sungguh sepenuh hati bahwa ini adalah jalan terbaik. Terkadang memang rasionalitas membuat seseorang menjadi ragu dalam memilih jalan. Padahal, sederhananya hidup ini hanya tentang pilihan hati yang sedang dijalankan.

Di dalam kehidupan, kita tidak tahu akan apa-apa yang terjadi di dalamnya. Ada begitu banyak hal yang tidak bisa kita kontrol, yang kita kontrol hanyalah diri kita sendiri. Akan selalu ada banyak sekali masalah di dalam hidup, kita tidak akan benar-benar bisa lepas darinya kecuali jika sudah waktunya nanti:”). Oleh karena itu, kita harus bisa memiliki the feels of enjoyment ini, bukan untuk tenggelam dalam masalah, tapi agar kita bisa berdamai terhadap hal-hal yang ada di luar kontrol kita, untuk tetap tenang dalam menjalankan proses untuk menghasilkan solusi terbaik.

Dulu, aku termasuk orang yang polos sekali, walaupun bahkan sekarang masih banyak pula yang berpikiran bahwa aku masih polos. Aku sempat menyesal, kenapa ya dulu aku sepolos itu, kenapa ada begitu banyak hal yang tidak aku sadari. Tapi lama-kelamaan, di saat aku mulai sadar akan berbagai hal, aku juga semakin mengalami banyak sekali kendala akan ketidakmampuan ku menyelesaikan semuanya, berat sekali saat menyadari bahwa aku harus menyelesaikan semuanya sendiri… Membuat ku semakin bersyukur, bahwa mungkin aku baru sadar karena memang saat itu ku belum mampu. Semakin kesini, semakin aku sadar. Semakin benar jelas kesadaran ku, semakin aku merasa tenang dalam menjalani kehidupan.

maksudnya zil? hehehe iya, agaknya tulisan ku sulit dipahami ya…, aku akan coba memilah menjadi beberapa bagian.

Menyiapkan yang pasti datang

Salah satunya ialah kematian. Menyiapkannya dengan sebaik-baiknya untuk kelak tempat kita beristirahat selamanya:”). Ingat, ini pasti! Siapkan dulu. Saat kita memahami bahwa sebelum sholat itu adalah sholat terakhir kita, maka sungguh kita akan benar-benar khusyuk sholatnya tanpa kepikiran bermacam-macam:”). Perbaiki sholat, perbaiki setiap amalan kita, sempurnakan ia, perbanyak sunnahnya.

Hati-hati dengan kata “seharusnya”

Berfikir kritis terhadap berbagai hal penting untuk kita mengambil keputusan terbaik, hingga berfikir kreatif untuk coba menyelesaikannya dengan cara yang baik. Kata ‘seharusnya’ seringkali menjadi pancing untuk setiap halnya. Misalnya:
‘Seharusnya kan suami lah yang memberi nafkah kepada istri, bukan istri yang bekerja’, hal itu memang benar bahwa nafkah adalah kewajiban suami, tapi bagaimana jika suami tersebut sudah bekerja dengan sekuat tenaga tapi ternyata belum bisa cukup menafkahi keluarga? caranya ialah istri juga ikut membantu suami, karena itu bahkan menjadi jalan pemudah menuju surga^^. Ada begitu banyak kata ‘seharusnya’ yang bahkan hanya terdiri dari asumsi-asumsi saja dimana mempercayai seutuhnya tanpa memfilternya, kan mampu membuat seseorang terombang-ambing di dalam kehidupan ini…, maka penting sekali untuk kita paham dan mengerti tentang nilai-nilai islam di dalam setiap kehidupan kita, nilai-nilai yang menjadi prinsip kita.

Memenuhi hati dengan segala sesuatu menuju Allah SWT

PHX pernah menuliskan dari sebuah buku “Hati-hatilah dalam merasa, sekali kamu merasa tidur di ranjang empuk, kamu tak akan nyaman lagi tidur dengan beralaskan koran”. Bahwa memang kita harus berhati-hati dalam setiap apa yang kita lakukan, karena dari setiap hal yang kita lakukan, sekecil apapun itu, akan muncul ‘rasa’ didalamnya. Dimana akan terasa sekali perbedaannya saat kita merasakan rasa yang lainnya. Setiap orang bisa merasakan hal yg berbeda bahkan pada aktivitas yg sama. Karena banyak faktor yg mempengaruhinya, tergantung kepada persepsi dan pengalaman masing2 orang didalamnya. Orang yg sering mencoba lalu gagal bisa saja menjadi orang yang lemah mentalnya, tapi bisa jadi menjadi seseorang yang tangguh sekali dalam setiap rintangannya.

Hati-hati dalam merasa, agaknya berbeda dengan ‘takut’ itu sendiri. Dimana hati-hati, bisa membuat seseorang lebih bijak terhadap rasa, baik rasa yang akan, sedang dan telah ia rasakan. Tetapi jika takut akan membuat seseorang tenggelam di dalam rasa yg lain dimana hal ini tergantung konteks. Bahwa terkadang, ragu bukanlah sesuatu yg salah. Bisa jadi ia adalah titik terang kecil yg Allah hadirkan di hati kecil kita. Barangkali solusi terbaik menurut ku ialah, hati-hatilah dalam merasa, jika itu berhubungan dengan berbagai masalah dunia, jangan masukkan ia dalam hati mu, karna masalah tak akan pernah selesai sedangkan hati begitu akan sangat lelah karena fitrahnya ia adalah bersih, membawa masalah kedalamnya hanya akan tak baik. Memenuhi hati dengan segala sesuatu menuju Allah subhanallah Ta’ala adalah yg terbaik. Memenuhinya dengan rasa takut, harap, malu, sedih, jujur, cinta, rindu kepada Allah.., Maka semoga Allah akan menjaga hati-hati kita, menjaga kehidupan kita.

“Jangan gelisahkan hari-hari mu, setiap hari punya geli dan basahnya sendiri. Jangan terburu-buru bersedih, baca dan teliti dulu hati mu, sedih yg salah bisa jadi sumber masalah”.

Joko Pinurbo

Sering bertanya pada diri dan menyiapkan jawaban terbaik

Jawaban menenangkan bagi ku dalam setiap tanya ku ialah, “gapapa kok”. Misalnya, sederhana:
“Zil, kalau nanti ga bagus hasilnya gimana ya”, langsung dijawab “oh, gpp kok, lagipula masih belajar”.
“Zil, kalau nanti gagal gimana ya, malu ga sih?”, langsung dijawab “gpp kok zilaa, lagipula kita berniat baik dan jalannya baik, kenapa harus malu? kalau gagal gpp sih”.
“Zil, kayaknya sekarang belum waktu yang tepat deh”, lansung dijawab “gpp kok zila, ini juga bagian dari ikhtiar terbaik kamu, kalau ga sekarang kapan lagi?”, dllnya.

Mengukur dengan baik sebuah hasil

Tidak ada sesuatu yang sebenarnya sulit, tapi hanya tentang diri sendiri yang belum bisa mengukur dengan baik untuk memperoleh hasil tersebut. Untuk menghafal Al-Qur’an, ada orang yang bisa melakukannya dalam satu bulan, dalam satu tahun, dalam proses mendengar saja, tapi ada juga yang perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa menghafalkannya :’). Ya, setiap orang memang berbeda-beda. Mengukur dengan baik adalah sesuatu yang harus terus kita latih, agar ‘tidak terlalu cepat’ yang membuat kita menyerah, atau ‘tidak terlalu lama’ yang membuat kita bahkan tak menggapainya…,

Hanya sekian yang bisa ku tuliskan untuk bisa hidup sepenuhnya, menikmati setiap prosesnya, dimana ada berbagai rasa yang melingkupinya, ridho, sabar, syukur, tawaqqal, mastatho’tum, dan begitu banyak hikmah di sektiap hal nya. Maka, semoga tulisan ini bisa membuat penulis tersadar, ataupun orang lain yang Allah izinkan untuk mengambil hikmah darinya. karena….

When you care about something, you want make it happen

Hati

Tuhan,

jika aku bisa palingkan hati ku dari dunia,

Dan juga dari balasan berupa surga,

Apakah hati ku sudah seutuhnya mencintai mu, Tuhan?

Aku selalu ragu pada hati ku,

Bolehkah pegangi ia Tuhan?

Agar ia tak melanggar, agar ia tak goyang, agar ia kuat…

Aku mohon Tuhan…

Beda

Jauh,
Dekat,
Apa bedanya?
Bila kata orang jodoh tak kan kemana.

Senang,
Sedih,
Apa bedanya?
Bila tanpa satunya, yang lain kan tiada.

Mudah,
Sulit,
Apa bedanya?
Bila memang itulah jalannya.

Berani,
Takut,
Apa bedanya?
Bila terasa sama-sama beratnya.

Benar,
Salah,
Apa bedanya?
Bila semua hal adalah wajar.

Peduli,
Tak peduli,
Apa bedanya?
Bila semua penuh asumsi.

Banyak,
Sedikit,
Apa bedanya?
Bila tak bisa menggunakannya.

Ingat,
lupa,
Apa bedanya?
Bila tak bisa menyadarinya.

Ramai,
Sunyi,
Apa bedanya?
Bila hati sama saja rasanya.

Agaknya berbeda itu,
Satu-satunya,
Ialah saat kita jauh atau dekat kepada Allah subhanallah ta’ala :”)

Pandemi Menuntut Mandiri

Saat ini pemerintah menggunakan platform pembangunan LCDI (Low Carbon Development Indonesia) atau Pembangunan Rendah Karbon Indonesia, yang bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sosial melalui kegiatan pembangunan beremisi GRK (Gas Rumah Kaca) rendah dan meminimalkan eksploitasi sumber daya alam. LCDI menggunakan tiga pilar dalam pembangunannya yaitu lingkungan, ekonomi dan sosial. Ada empat strategi utama yang akan dilakukan, pertama, menekan laju de-forestrasi (pengurangan hutan) dan meningkatkan re-forestrasi (penanaman kembali). Kedua, menjaga kualitas lingkungan itu sendiri, baik udara ataupun air. Ketiga, meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus efisiensi penggunaan sumber daya alam. Keempat, mendorong energi terbarukan dan efisiensi energi. Jika mengacu ke piramida Maslow, konsumen kini bergeser kebutuhannya dari “puncak piramida” yaitu aktualisasi diri dan self-esteem, ke “dasar piramida” yaitu makan, kesehatan dan keamanan jiwa-raga. Di era pandemi ini, pertanian berada di pertengahan antara industri yang mengalami kenaikan (rise) ataupun keruntuhan (fall). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan mengungkapkan terus menjaga ketersediaan pangan khususnya 11 komoditas bahan pangan pokok. Ketersediaan pangan nasional menunjukkan terjadi surplus beras hingga Juni 2020 diperkirakan 6,4 juta ton, jagung surplus 1,01 juta ton, bawang merah surplus 330.384 ton. Delapan komoditas lainnya diantaranya bawang putih, cabai merah besar, cabai rawit, daging sapi, daging kerbau, telur ayam, gula pasir dan minyak goreng juga diperkirakan surplus. Hal ini diungkapkan di laman akun Instagram resmi @kementerianpertanian. Pemerintah juga sedang berusaha mengkordinasi agar kebutuhan pangan tetap terjaga, membuat kita sebaiknya tidak mengalami ketakutan ataupun panic buying terhadap pangan. Lalu, apa saja yang bisa kita lakukan dalam upaya pembangunan rendah karbon selama di rumah aja?

Pertama, kita bisa mulai membiasakan diri hidup sederhana. Hiduplah sederhana agar orang lain bisa hidup, atau bisa dibilang ‘seni hidup minimalis’. Pola pikir seperti ini juga akan menuntun kita kepada pola hidup sehat lainnya, diantaranya minim sampah dan bersepeda. Seringkali kita tidak memperhatikan hubungan kita dengan barang, padahal hal itu penting dilakukan agar kita bisa hidup dengan lebih baik. Ada barang-barang yang harus dibuang (di daur ulang), diberikan kepada orang lain dan ada yang bisa kita manfaatkan. Seni hidup minimalis ini juga membuat kita mengubah pola makan yang tidak berlebihan, baik dalam mengatur pengeluaran, menyederhanakan pikiran sehingga kita lebih bisa menikmati hidup.

Kedua, kita bisa mengolah sampah di rumah, mulai dari memisahkan antara sampah organik dan an-organik. Sampah organik bisa dipilah kembali menjadi “sampah sebelum diolah” dan “sesudah diolah”(sisa makanan/food waste). Sampah an-organik bisa dipilah kembali menjadi kertas, plastik dan botol. Bisa digunakan untuk pembuatan kompos, bio-pori dan eco-enzym. Ada sampah-sampah yang bisa dikumpulkan untuk dijual pada tempat daur ulang, ada pula sampah-sampah yang bisa dimanfaatkan. Seringkali kita abai dengan istilah ‘organik’ bahwa ia adalah sesuatu yang aman bagi siapa saja. Hal ini tentu berbeda dengan sampah organik yang bila tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan di sekitar kita, baik dari bau yang dihasilkannya, mencemari tanah, air dan lainnya. Mengolah sampah rumah tangga sangat bermanfaat untuk lingkungan kita dan teruntuk kita sendiri.

Ketiga, kita bisa meningkatkan kemandirian pangan dengan bertani #dirumahaja. Seorang kiyai pendiri pondok pesantren pernah mengatakan bahwa “pertanian itu proses yang penuh dengan keberkahan, mulai dari benih hingga ia kembali menjadi sampah, semua makhluk hidup bergantung padanya. Apakah itu manusia, hewan, hama ataupun mikroorganisme lainnya”. Dari proses menanam dapat bisa melatih empati, mengurangi stress, pemanfaatan dari sampah rumah tangga (dari kompos, biopori dan eco-enzym misalnya) dan bisa meningkatkan kemandirian pangan keluarga. Sebuah kegiatan menyenangkan yang bisa kita lakukan bersama keluarga selama di rumah aja. Salah satu imbauan Food and Agricultural Organization (FAO) ialah menghasilkan pangan sendiri atau kementerian pertanian menyebutnya dengan “Pekarangan Pangan Lestari (P2L)”. Dimana imbauan FAO lainnya ialah agar masyarakat untuk membeli makanan dari usaha kecil setempat, menghargai petani, nelayan dan peternak yang memproduksi pangan, berbelanja dengan bijaksana (tidak menimbun makanan), konsumsi pangan bergizi, mencuci tangan dan membagikan makanan.

Selain hidup sederhana, mengolah sampah dan bertani di rumah, ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam keseharian kita. Sesederhana kita bisa melakukan penghematan listrik dengan mematikan laptop yang tidak terpakai, mematikan lampu, melepas charger hp dari terminal jika tidak menggunakannya, menghemat air, memanfaatkan air cucian beras (untuk starter kompos atau menyiram tanaman), mengolah sampah dengan baik, menggunakan kendaraan umum atau memilih bersepeda, menghapus email, dan lainnya. Hal-hal sederhana tapi sangat berdampak besar bagi bumi kita.

Adanya wabah Covid-19 ini, membuat kita terpaksa lebih banyak menghabiskan waktu sendiri ataupun bersama keluarga di rumah. Sesuatu yang bisa sebaiknya kita syukuri karena sebenarnya ada begitu banyak hal yang bisa kita lakukan. Kita dihadapkan oleh banyak ketidakpastian dan permasalahan di luar sana. Jika kita bukan garda terdepan perjuangan (seperti dokter dan koleganya misalnya dllnya), maka di rumah saja adalah salah satu bentuk perjuagan itu sendiri, sebagai bentuk kontribusi kita. Pandemi, seharusnya menuntut kita tak hanya menjadi pribadi yang mandiri, tapi juga bijak. Kita bisa memulainya sekarang dan dari hal-hal kecil, karena kebaikan itu bukan tentang mudah atau sulitnya, besar atau kecilnya, tapi dampak dari kebaikan itu. Neil Amstrong pernah berkata “Satu langkah kecil manusia adalah langkah besar kemanusiaan”.

Pra-rancangan Budidaya Pakcoy (Brassica rapa subsp.chinensis) dengan Sistem Deep Flow Technique yang Terotomatisasi

Kebutuhan sayuran sawi meningkat cukup tinggi di Indonesia dan diprediksi akan terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika dalam rangka Hari Gizi Nasional (2017) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat terhadap sayuran sawi pada tahun 2015 sebesar 532,37 ton menjadi 539,80 ton pada tahun berikutnya sebagai akibat dari bertambahnya 3 juta penduduk di Indonesia dari 254,89 juta jiwa menjadi 257,89 juta jiwa. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan tingkat konsumsi atau kebutuhan masyarakat terhadap tanaman sawi. Peningkatan jumlah penduduk ini akan terus terjadi setiap tahunnya, bahkan menurut Badan Pusat Statistika (2013), jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai 305 juta jiwa pada tahun 2035 nanti. Salah satu jenis sawi yang banyak di konsumsi adalah pakcoy. Pakcoy memiliki manfaat untuk mencegah kanker, hipertensi, dan penyakit jantung sehingga membantu kesehatan pada berbagai sistem pencernaan dan juga mampu mencegah anemia bagi ibu hamil (Husnaeni dan Mieke, 2018). Namun, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian Dirjen Hortikultura (Taufik, 2015), tingkat produktivitas tanaman sawi menurun drastis dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, produktivitasnya sebesar 10,10 ton/hektar sedangkan 2014 sebesar 9,91 ton/hektar. Bahkan nilai pada tahun 2014 tersebut masih di bawah produktivitas tanaman sawi pada tahun 2009 yang sebesar 9,98 ton/hektar. Karenanya, diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas pakcoy untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas pakcoy yakni dengan membuat hidroponik yang terotomatisasi. Proses produksi pakcoy menggunakan hidroponik Deep Flow Technique (DFT) yang terotomatisasi dengan cara memanfaatkan berbagai perangkat teknologi untuk menggantikan sebagian peran manusia selama proses produksi. Proses produksi diawali dari benih pakcoy yang disemai menggunakan media rockwool basah selama 14 hari. Setelah disemai, pakcoy dipindahkan ke titik tanam pada pipa hidroponik hingga 26 hari setelah tanam. Pemberian nutrisi dan air dilakukan dengan memanfaatkan sistem otomatisasi sehingga tidak memerlukan pekerja untuk melakukannya.

Selain itu, sistem otomatisasi juga diaplikasikan dalam penghentian pompa secara berkala setiap harinya untuk menghemat biaya listrik yang digunakan selama proses penanaman. Otomatisasi tersebut dijalankan dengan menggunakan sensor EC meter dan sensor water level sebagai perangkat penerima informasi sehingga dapat mengetahui kadar EC dan ketersediaan air yang berada dalam reservoir, kemudian Arduino sebagai microcontroller yang dapat mengolah informasi EC dan ketersediaan air sehingga dapat membuat keputusan bagi aktuator, serta solenoid valve dan motor sebagai perangkat aktuator atau penggerak yang mengatur pengeluaran nutrisi AB Mix, air, dan memastikan keduanya tercampur merata.

Otomatisasi juga didukung oleh perangkat lain seperti Real Time Clock (RTC), relay, dan power supply. Kemudian pemanenan dilakukan dengan memanfaatkan pekerja lepas yang dibayar untuk memanen pakcoy. Rasio R/C dari produksi pakcoy menggunakan hidroponik DFT yang terotomatisasi adalah 1,457. Pra-rancangan sistem produksi pakcoy memiliki target kapasitas produksi biomassa pakcoy sebesar 8,25 ton/tahun dengan produksi pakcoy per minggu sebesar 158,71 kg. Penanaman dan pemanenan dilakukan setiap minggu pada empat instalasi hidroponik. Satu unit screenhouse berukuran 522 m2 terdiri dari 16 instalasi hidroponik DFT dengan tiap instalasi memiliki 496 lubang tanaman. Produk yang dihasilkan oleh CV Readycelle berupa pakcoy hidroponik segar yang akan dijual dengan harga Rp 50.000,- per kg. Produk ini akan dipasarkan ke supermarket dan konsumen yang berbasis di Bandung dan Jakarta. Biaya investasi awal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini adalah Rp 450.000.000,-. Modal untuk investasi awal diasumsikan seluruhnya berasal dari pemilik perusahaan. Besar pendapatan yang didapat dari estimasi penjualan pakcoy per tahun adalah sebesar Rp 412.672.000,-. Perusahaan akan menerima keuntungan ketika produksi pakcoy berada di atas BEP (Break Even Point) yakni 4.649 kg dengan jumlah penjualan Rp 232.453.504,- per tahun. Lama periode agar modal yang diinvestasikan dapat kembali adalah 1 tahun 7 bulan setelah usaha mulai berjalan. Net Present Value (NPV) diperoleh sebesar Rp277.336.398,- dan Internal Rate of Return (IRR) perusahaan sebesar 28,32%. Berdasarkan hasil analisis finansial tersebut, pra-rancangan usaha ini layak dijalankan.

Kata Kunci: Hidroponik, otomatisasi, pakcoy.

Notes: Tugas akhir ini ialah yang tugas akhir pertama kali yang menjalin kerjasama dengan jurusan lain dan memperoleh Best Poster dari tugas akhir wisudawan oktober rekayasa pertanian:’)

Mimpi dan selesai dengan diri

Punya mimpi itu, bahagia banget! ada rasa ingin memperoleh kebaikan yang besar, percaya akan kemampuan diri, ada semangat untuk terus menambah kapasitas diri untuk bisa berkontribusi. Alhamdulillah…,

Teringat, ada mimpi-mimpi yang Allah subhanallah ta’ala izinkan untuk tercapai, dan ada pula mimpi-mimpi yang seperti ingin padam dan cahayanya telah berpindah pada lampu yang lain… apakah waktunya sudah habis?

Mimpi, selalu butuh keyakinan besar untuk mewujudkannya, tanpa keyakinan yang kuat, seseorang akan begitu sulit atau bahkan tak bisa memperolehnya.

Tak jarang, mimpi itu seringkali tentang ego diri, yang ingin sekali butuh peng-aku-an bahwa ‘aku’ memang bisa. Salahkah? Agaknya tidak, tapi saranku, sebaiknya jangan…, adakah yang lebih baik? Tentu.

Mimpi, sebaiknya tentang niat ikhlas bahwa kita sangat menginginkan kebaikan untuk orang lain, tentang keberkahan yang kita berusaha mengejarnya, tentang sebuah pertanggung jawaban kelak pada Rabb kita bahwa kita telah berusaha maksimal di dalamnya.

Mimpi adalah sesuatu yang harusnya jelas dan ada mimpi yang mungkin kita hanya bisa menitipkannya pada orang lain, menitipkan dalam do’a semoga sudah bisa menjadi pahala karna niat baiknya. Dan agar setiap orang punya alasan untuk bahagia dalam hidupnya karena memiliki mimpi dan berikhtiar di dalamnya. Jadi, bahagia sekali ya saat melihat mimpi itu terbagi-bagi oleh semua orang yang berperan didalamnya…

Lalu, apa itu selesai dengan diri sendiri?
Baginya, seseorang tidak harus selesai dengan dirinya terlebih dahulu agar ia bisa mnejadi manusia yang bermanfaat. Keduanya bisa dilakukan seiring waktu.

Selesai dengan diri sendiri, baginya adalah ia yang antara keadaan susah dan senang, rasanya sama saja. Membuat selalu ada senyum manis di wajahnya, ketenangan dalam menghadapinya, kebaikan yang diharapkannya, kesyukuran selalu ada didalamnya, dzikir tak lepas dari lisan dan hatinya. Selalu curiga pada diri takut jika ada niat yang salah, sombong yang muncul, kesalahan yang ia luput darinya.

Selesai dengan diri sendiri, baginya ialah ia yang ridho atas apa-apa yang Allah takdirkan atasnya. Selalu membuatnya merasa cukup dan terus berikhtiar mengharapkan kebaikan yang lebih banyak lagi. Mencintai dan melepaskan tiada bedanya baginya:’)

Selesai dengan diri sendiri, baginya ialah ia yang ringan dalam melihat dunia. Jika ada yang salah ia berusaha memperbaikinya, jika ada yang pergi ia berusaha ridho terhadapnya, jika ada kebaikan ia berusaha memperolehnya, dighibah/dihina/gagal tak mampu meruntuhkannya, sendiri tak membuatnya merasa sendiri, apresiasi bukan apa yang ia cari, selau melihat dari hikmah di baliknya, sabar sekali orangnya:’).

Selesai dengan diri sendiri, baginya ia yang baik menjaga hubungan kepada manusia, hewan, tanaman, lingkungan, barang dan lainnya. Selalu bahagia dengan kebaikan yang diperoleh orang lain dan tak pernah berhenti mengharapkan kebaikan itu, mampu berempati, rendah hati, mudah menolong tapi bukan juga seorang ‘yes, man’, selalu merasa dirinya tak lebih baik dibandingkan yang lainnya, tapi ia percaya diri^^.

mungkin sederhananya, selesai dengan diri sendiri, ialah terus belajar dan berusaha, ridho terhadap setiap ketentuan Allah subhanallah ta’ala atasnya, berharap Allah memberikan keridhoan kepadanya…

-Day 1 Ramadhan, Jum’at 24 April 2020-

Design a site like this with WordPress.com
Get started