Peradaban, sebuah kata yang terdapat kata ‘adab’ di dalamnya. Sebuah kata tentang tatanan kehidupan, yang selapis darinya ditentukan oleh seberapa mampu orang-orang di dalamnya memberi makna terhadapnya.
Seorang kakak tingkat, kang Adit, pernah menyampaikan, bahwa peradaban bisa dibangun melalui empat bagian, yaitu:
- Membaca dan sempurna
Membaca, ialah sebuah kata pertama yang dengannya sesuatu menjadi sempurna dengan turunnya Al-Qur’an, dengan hadirnya Islam didalamnya. Membaca, ialah tentang melihat, merasakan, memikirkan tentang suatu hal yang dengannya seseorang berusaha mengambil pelajaran di dalamnya. Membaca mampu membuat seseorang senyum-senyum sendiri karnanya, terdiam, malu, sedih, takut, ataupun tertawa. Seperti seseorang yang di ajak berlayar ataupun terjun di peperangan, sikap empati menjadi terlatih olehnya. Membaca, mampu membuat kita mengulangi kembali proses berfikir itu, lalu menikmati prosesnya. Rethinking thinking akan di asah di dalamnya. Observasi, filtering, memberi nilai, membangun asumsi, mengambil kesimpulan, membangun kepercayaan, hingga take an action. Dari membaca bisa menghasilkan sebuah sikap. Terbiasa jump to ladder seringkali tak menyelesaikan masalah tanpa melalui proses berfikir itu sendiri (minimal pernah di pikirkan).
Membaca, itu menjaga. Menjaga waktu, menjaga akal, menjaga keimanan. Tak jarang akan menjadi pengalihan akan sesuatu yang membahayakan. Membaca ayat-ayat cinta-Nya tak hanya bernilai pahala tapi keberkahan semoga mengalir di atasnya, saat ia diajarkan, diamalkan, terlebih jika membacanya dengan akal dan keimanan mampu membuat seseorang tak henti-hentinya menoreskan karya.
Membaca, seolah menjadi awal dari kesempurnaan sebuah kehidupan, karena ia mula dari lapis-lapis keberkahan. Masyarakat pembaca ialah masyarakat pembelajar…
- Menulis dan menyadari
Menulis, tidak hanya sesederhana menghasilkan sebuah tulisan. Akan tetapi, didalamnya ada sebuah proses menulis. Membuat seseorang bisa baik dalam berfikir, mengidentifikasi sesuatu dan berusaha mencari solusi terbaik di dalamnya. Maka, adalah sesuatu yang wajar saat seseorang menulis jurnal harian, catatan syukur, resume kegiatan, akan membuat kita belajar merunutkan pikiran kita yang seringkali berisi informasi ang berantakan untuk kemudian kita mengambil kesimpulan sederhana di dalamnya. Mampu membuat seseorang baik dalam mengingat, mampu meyakinkan seseorang akan informasi yang ia terima, mampu membangun kesadaran itu sendiri. Menulis bisa menjadi sebuah proses menganalisis hal kompleks menjadi sesuatu sesederhana, apapun bentukannya.
Dengan menulis, seseorang akan lebih sadar akan dirinya, akan hal-hal disekitarnya, membuatnya membangun kesadaran itu. Sehingga darinya, orang lain kan bisa mendapatkan kepingan kehidupan seseorang yang bisa melengkapinya. Lalu, semua hal akan menjadi berarti, mampu membuat kita lebih menghargai dan menikmati. Karena dengan menyadari, hidup mampu menjadi berarti…
- Kajian dan Kebenaran
Kesalahan-kesalahan yang telah mengakat di suatu masyarakat sangat sulit dihapuskan oleh kebenaran yang datang kemudian
dikutip anonim oleh PHX (2013).
Kajian, saat ini bisa ditemukan dalam berbagai bentuk wujudnya, walaupun begitu banyak kekurangan yang terjadi dalam realitasnya. Kajian sangat penting untuk bisa memperoleh informasi atau jawaban yang valid dari pertanyaan dan pernyataan awal yang mendasari adanya kajian tersebut.
Pemahaman mengenai suatu permasalahan secara terstruktur dan menyeluruh sama artinya dengan menjawab pertanyaan tersebut. Untuk mencari jawaban sesungguhnya, diperlukan niat yang tulus dan usaha keras dari pelaku-pelakunya sendiri untuk mengurai benang merah yang bahkan tampak sudah biasa… (selfreminder:”)). Semangat mengkaji untuk temui kebenaran perlu kita tingkatkan!
- Arsip dan mengenal
“… arsip (sekecil apapun) mampu bergulir dalam berbagai kesempatan, menciptakan rangkaian akumulasi pengetahuannya sendiri, ketersebaran dan kemudahan aksesnya, sehingga informasi arsip tersebut memiliki “nafas” yang lebih panjang sebagai bagian dari sejarah masyarakatnya”.
Anna Mariana, “Menghidupkan Arsip, mencipta Wacana”, dalam Arsipelago
Bagaimana rasanya saat membaca buku ataupun menonton film tetapi tidak memulainya dari tengah/akhir? Rasanya akan kebingungan bukan? Dengan arsip, seseorang bisa memperoleh keseluruhan informasi secara menyeluruh untuk bisa mengidentifikasi, untuk bisa mengenal. Memperoleh informasi secara sepotong-sepotong tentu menghambat dalam sebuah proses berfikir. Mengetahui runut setiap potongan kejadian kan mampu membuat seseorang bisa menyadari apa-apa yang telah dimiliki, untuk tahu apa yang harus dicari, diberi ataupun ditambahi. Membuat seseorang kan jauh hidup lebih baik, saat ia bisa mengenal dengan baik….
Lalu, apa yang kita bisa lakukan mulai saat ini untuk membangun peradaban?
- Rutin membaca
- Rutin menulis
- Selalu ingin tahu, tidak ragu bertanya dan mencari tahu
- Menghidupkan semangat mencari kebenaran
- Merapikan file-file di laptop, memberi nama yang tidak “alay”,
- Membuat arsip di organisasi/perusahaan
- dll
Mungkin, ada yang ingin menambahkan? Bismillah, hayu kita semangat membangun per(adab)an~